Kamis, 07 Maret 2013

"BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI".


Dalam beberapa kesempatan seminar dan workshop sering ada pertanyaan dari peserta tentang bagaimana MENGHILANGKAN RASA MALAS . Saya tegaskan bahwa sampai alam semesta hancur lebur pun rasa malas itu tidak akan bisa kita hilangkan. Para peserta bingung dengan jawaban saya itu. Dan bisa jadi ada beberapa di antara anda yang membaca tulisan saya ini pun jadi bingung. Lho kok motivator bilang begitu? Kan sudah saya bilang saya ini bukan motivator, he he. 

Waktu dulu tahun 2007-2009 ketika saya ditanya demikian pasti saya akan berikan TIPS TIPS JITU MENGHILANGKAN RASA MALAS weheeee keren khaaan? Motivator gitu loooh. Dan soal tips-tips tersebut seringkali saya sendiri GAGAL dalam mempraktekannya untuk diri saya sendiri. Hanya berhasil di awal lalu tidak efektif lagi. Nah sering gagalnya jurus-jurus yang saya pelajari membuat saya merenung apakah ada sesuatu yang salah saya pahami tentang manusia ini? Khususnya tentang diri saya ini? Mengapa ada suatu saat berpikir positif dan berperasan positif itu sangat sulit dilakukan. Semakin saya lakukan semakin saya menderita. Nampak di permukaan saya bahagia, tapi ada ketegangan jiwa yang mengguncang saya.

Dulu saya meyakini bahwa “Kunci sukses adalah ketika kita sudah MENGALAHKAN DIRI SENDIRI” Ternyata seiring waktu saya menemukan jawaban yang lebih bijak. Kuncinya justru BUKAN MENGALAHKAN DIRI SENDIRI melainkan BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI. Selama ini saya telah terjebak pada dimensi TEKNIK saja dan melupakan tentang FILOSOFI MANUSIA. Ya, soalnya waktu kuliah saya ini penggila filsafat, sampe muak pokoknya. Setelah menerjuni dunia pengembangan diri ogah lagi bahas filsafat, namun ternyata pengetahuan filsafat itu masih sangat dibutuhkan. Akhirnya mulai saya menyelami kembali dimensi filsafat khususnya mengenai filosofi manusia ini. AHA !!! Ini dia kuncinya. Sebuah kenyataan bahwa MANUSIA ITU SEMPURNA. Sempurna ini merupakan TANDA bahwa segala sesuatu yang ada di dalam diri manusia SEMUANYA ya memang HARUS BEGITU ADANYA. Artinya jika kita berupaya membuang segala sesuatu yang sudah ada di dalam diri manusia ya sudah pasti tidak akan bisa. Lha wong itu perlengkapan “onderdil” nya manusia kok mau dibuang.

Dalam pelatihan saya biasa mencontohkan yang di awal tadi soal MALAS. Saya tanya kepada audience. “MALAS itu BAIK atau BURUK?”. Biasanya 100 persen peserta akan menjawab BURUUUK !!!. Saya tanya lagi, “Kalau RAJIN itu BAIK atau BURUK?. Serempak mereka menjawab, “BAIIIK”. Kemudian saya tanya lagi, “Kalau MALAS KORUPSI?”. Anehnya peserta menjawab, BAIIIK !! “Kalau RAJIN KORUPSI?”. “BURUUUK !!” “Kalau MALAS MEMFITNAH ORANG?”. Peserta menjawab lagi, BAIIIK !!!. “Kalau RAJIN FITNAH ORANG?”. “BURUUUK !!! Saya tanya lagi, “Kalau MALAS IBADAH?”. Peserta menjawab, BURUUUK !!!. Saya tanya lagi, “Kalau MALAS SEDEKAH?. Peserta menjawab, BURUUK !!. Jadi, MALAS itu BAIK atau BURUK? RAJIN itu BAIK atau BURUK? Mereka bingung. Iya ya? Nah loh. Satu kata akhirnya. TERGANTUNG !!! MALAS DALAM HAL APA DULU? RAJIN DALAM HAL APA DULU?

Dari contoh tersebut jelas MALAS dan RAJIN ini pada dasarnya NETRAL. Dan karena netral baik dan buruknya tergantung situasi dan kondisinya, tergantung konteksnya. Lha kalo udah tau gini terus masih berpikir MEMBUANG RASA MALAS ya saya kira itu “rodho gendheng”. Lha wong itu perangkat kelengkapan kita kok mau dibuang. Sekarang, bayangkan kalau anda TIDAK PUNYA RASA MALAS” dan anda “TERLALU SANGAT SANGAT RAJIN”. Bisa-bisa anda workaholic dan memforsir tubuh anda. Saat rekreasi jalan-jalan di pantai, anda tetap saja memikirkan pekerjaan di kantor, saking rajinnya. Tapi juga sebaliknya jika TERLALU MALAS ya BAHAYA!! Anda akan sering menunda pekerjaan dan akhirnya semuanya berantakan. Di satu sisi malas bisa menurunkan kualitas kita, di sisi lain sangat membantu kita agar bisa beristirahat total.

Nah karena ketidaktahuan saat seseorang malas ia berperang dengan rasa malas itu secara frontal dan berupaya membuangnya. Bahkan ia membenci dirinya. Ia melabeli dirinya sebagai PEMALAS. Kemudian ia sering melakukan afirmasi, SAYA RAJIN, SAYA RAJIN !!! Saya tidak tau bagaimana dengan anda, tapi saya pribadi merasa MENDERITA dengan cara ini. Memang badan bergerak, tapi jiwa ditekan terus menerus. Kita tidak bisa menipu diri kok bahwa kadang kita menganiaya diri sendiri atas nama BERPIKIR POSITIF. Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kita sedang MELAWAN diri sendiri.

Bersambung ke bagian 2 ...

Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)

"BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI" (Bagian 2)
Manusia itu bahasa jawanya MANUNGSA yang bisa dipahami sebagai MANUNGgaling raSA alias BERSATUNYA SEMUA RASA-RASA. Jadi kalo anda merasa menjadi manusia ya semua rasa-rasa itu HARUS ADA !!! Kalo anda merasa MALAS, SEDIH, GALAU, BAHAGIA ya itu MANUSIAWI dan alamiah, karena ANDA MANUSIA, MANGUNGGALING RASA! Kita bisa MENGENAL RAJIN karena punya RASA MALAS, kita bisa mengenal OPTIMIS karena ada RASA PESIMIS, semua memang harus berpasangan. Sebenarnya dinamika dalam diri itu tidak akan jadi masalah. Karena semuanya sebagaimana roda akan berputar dan pasti berlalu. BETAPAPUN BAHAGIANYA ANDA PASTI TIDAK AKAN SELAMANYA BEGITU. Sebaliknya, BETAPAPUN SEDIHNYA ANDA TIDAK AKAN SELAMANYA BEGITU. Lalu apa yang jadi masalah?  Akan jadi masalah ketika kita mempermasalahkannya. Ketika kita membenci dan ingin mengusir bagian dari diri kita sendiri. Dan secara otomatis bagian itu akan semakin menguat untuk mempertahankan diri. Maksudnya bagaimana? Jika kita membenci dan ingin membuang rasa malas itu maka ia akan semakin menguat. So harus bagaimana donk?

Cara terbaik adalah dengan MENERIMANYA. Ya anda tidak salah baca, MENERIMANYA. Dengan menerimanya maka tekanan pada jiwa kita akan berkurang bahkan lenyap. Dengan menerima kita justru bisa melepaskannya. Inilah inti dari berdamai dengan diri sendiri. Loh, kalau lagi malas kok diterima? Apa jadinya gak tambah malas? Sudah saya sampaikan di note bagian satu bahwa malas pun baik. Hanya saja kadang kita keliru mengasosiasikannya dengan hal yang buruk dan tidak memberdayakan. Ingat bahwa CEPAT dan LAMBAT pada sebuah sepeda motor itu sebenarnya sama-sama kekuatan. Hanya saja menjadi konyol saat kita lewat di pasar banyak orang menggunakan CEPAT dan saat menyalip malah menggunakan LAMBAT. Seharusnya, saat lewat di pasar banyak orang, LAMBATLAH. Dan saat kita menyalip kendaraan, CEPATLAH. Anda tentu tidak mau punya motor yang HANYA BISA CEPAT SAJA atau HANYA BISA LAMBAT SAJA. LAMBAT dan CEPAT anda butuhkan dalam sebuah motor karena keduanya merupakan KEKUATAN. Nah sebagaimana analogi sepeda motor itu sama halnya bagaimana kita memandang bagian-bagian dalam diri kita. Semuanya sebenarnya diberikan Tuhan sebagai kekuatan. Kita harus bijak dalam menempatkan atau menggunakannya sesuai situasi dan kondisi.

Nah, yang saya cermati berdasarkan pengalaman pribadi saya dulu, kesalahan umum yang terjadi adalah kita kadang menyiksa diri atas nama berpikir positif. Saat malas kita berupaya “melawannya” dengan affirmasi SAYA RAJIN !! SAYA RAJIN !! Dengan cara ini justru jiwa dan perasaan kita akan semakin ditekan dan menghantam ke dalam. Seharusnya kita terima dulu apa adanya sehingga setelah jadi netral baru kita baru kemudian kita berafirmasi positif. Dengan note ini saya sebenarnya sedang membuktikan apa yang saya tulis. Bukankah anda bisa melihat note bagian satu dengan note lanjutannya ini jedanya begitu lama? Ya, saya kena RASA MALAS. Nah saya langsung buktikan apa yang terjadi ketika saya MELAWAN RASA MALAS ITU SECARA FROTAL? Badan saya sih ready, siap di depan laptop karena SAYA PAKSA dengan kalimat SAYA RAJIN, SAYA RAJIN. Namun PIKIRAN saya BLANK !! Gak bisa menuliskan apapun. Di hari yang lain saya lawan lagi dan TETAP BLANK, demikian juga dengan hari-hari lainnya. Nah dini hari ini saya sebenarnya malas sekali karena masih lelah dengan kegiatan pelatihan yang beruntun. Tapi ketika saya menerima apa adanya eh justru jari-jari saya dan ide-ide dalam pikiran saya mengalir dengan sangat cepat.

Apa persisnya yang saya lakukan? Saya punya sebuah kalimat yang menjadi pamungkas saya untuk BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI. Kalimat ini tentu TIDAK ASING bagi anda yang pernah belajar SEDONA METHOD, EFT dan SEFT. Begini kalimatnya ; “WALAUPUN SAYA …. (ISI SENDIRI TITIK-TITIK INI), SAYA MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA, APA ADANYA”. Yang saya lakukan tadi begini, “WALAUPUN SAYA CAPEK DAN MALAS SEKALI MENULIS NOTE, SAYA MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA, APA ADANYA”. Saya katakan itu dalam hati berulang-ulang. Nah yang terjadi ternyata semakin saya ulang-ulang kalimat itu TAMBAH TERJADI PENOLAKAN DALAM DIRI SAYA. Apa yang saya lakukan? Saya katakan begini kepada diri saya sendiri berulang-ulang, “WALAUPUN SAYA SULIT SEKALI MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA, SAYA MENERIMA DAN MENCINTAI DIRI SAYA, APA ADANYA”. Atau dengan kata lain kalimat itu susunannya begini, “WALAUPUN SAYA SULIT IKHLAS, SAYA IKHLAS”, asyik kan he he he. Dan BERHASIL !! Sehingga saya bisa menyelesaikan note bagian kedua ini dengan cepat dan ide yang mengalir.

Demikian note saya tentang BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI. Buktikan apakah yang saya tulis ini benar atau tidak. Karena nasi baru mengenyangkan kita setelah kita memakannya. Sebuah pengetahuan baru akan memberikan dampak nyata dalam kehidupan kita setelah kita mempraktekkannya. Sampai jumpa dalam note berikutnya.

Tamat


Salam hakikat …
ARIF RH
(The Happiness Consultant)





Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan2 di blog ini.
Selanjutnya, silahkan tinggalkan jejak kamu diblog ini
dengan menuliskan komentar kamu di "kotak komentar" yang sudah tersedia.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KOMENTAR LEWAT FACEBOOK